Sekitar 10 tahun lalu, mungkin orang berfikir bisnis yang
bisa difranchisekan itu ya McD, KFC, Indomaret, BurgerKing atau Alfamart. Outlet mentereng dengan
karyawan sigap berseragam dan memiliki standar pelayanan menjadi ciri khas
sebuah perusahaan modern. Mana kala melihat outlet tersebut selalu disesaki
pengunjung, maka tak heran jika para pemilik modal berlomba mengajukan diri
sebagai franchisee alias pewaralaba.
Namun, seiring berkembangnya teknologi, pola pikir dan gaya
hidup masyarakat, bisnis franchise mengalami pergeseran. Lihat saja, ketika
Agung Nugroho Susanto mewaralabakan laundry kiloan untuk pertama kali, orang
pada heran. Bingung antara takjub dengan mustahil.
Namun,
kini bisnis cuci mencuci itu sudah menjadi bisnis yang lazim dan telah ada
ribuan outlet laundry kiloan di Indonesia yang lahir dari bisnis franchise.
Agung Nugroho Susanto, setidaknya memiliki lebih dari 200 outlet Simply Fresh
Laundry di Indonesia.
Tukang
cukur? Mana pernah ada orang berpikir tukang cukur difranchisekan? Tapi, dengan
sistem yang cermat, Arief Fatoni telah berhasil membangun bisnis waralaba cukur
rambut bernama Arfa Barbershop yang kini memiliki ratusan outlet di seluruh
Indonesia berpusat di Jogjakarta.
Suatu
ketika, saya pernah berpikir daftar profesi yang mustahil diwaralabakan. Salah
satunya, tukang tambal ban. Tapi ternyata saya salah. Lihat saja, di hampir
seluruh SPBU Pasti PAS kini terdapat outlet kecil di dekat pintu keluar.
Namanya Green Nitrogen, itu adalah produk waralaba yang bergerak di bidang
tambal ban. How can? Ya, buktinya bisa! Pas Anda juga sering lihat outlet
tambal ban Nitrogen ini.
Pernah
lihat makanan arum manis? Makanan berbentuk serabut kapas hasil pemanasan gula
pasir itu juga sudah diwaralabakan. Bubur bayi, juga sudah diwaralabakan. Sasi Kirana
juga sudah mewaralabakan outlet bubur
sarapan bayi ini di Solo. (CMIIW)
Nah,
prinsip waralaba telah bisa diterapkan hampir di setiap produk penjualan barang
maupun jasa. Lalu apa jadinya kalau Tukang Cilok, Tukang Bubur, Tukang Seblak
berbisnis franchise? Tentu saja bisa. Hanya tukang gali kubur mungkin yang
tidak bisa diwaralabakan :D Eh, nggak juga sih. Siapa tahu kelak ada aplikasi
di Android yang bisa diklik manakala kita sedang butuh tukang gali kubur. Kayak
ojek online itu!
Wait!
Tukang Seblak? Seblak? Apa itu seblak? Seblak adalah makanan berkuah yang
berbahan baku kerupuk mentah. Bayangkan, kerupuk mentah itu dimasak bukan
digoreng seperti biasa, tapi direbus. Kerupuk mentah atau makaroni mentah
direbus lalu diberi bumbu aneka rasa, diberi sedikit kuah, ditambahi telur dan
disajikan panas pedas. Ada juga yang diberi tambahan sosis. Hasilnya agak mirip
dengan kwetiauw.
Dulu
saya berpikir orang bikin seblak itu karena pengen makan adanya kerupuk mentah
tapi tak punya minyak goreng, lalu jadilah kerupuk mentah direbus lalu
dibumbui. Entah benar atau tidak, tapi seblak kesan awalnya hanya makanan
krismon. Tidak berkelas sedikitpun. Kaya “Kerupuk Melarat” yang dijual di depan
makam Sunan Gunung Jati Cirebon, kerupuk digoreng tanpa minyak tapi pakai
pasir. Tapi enak.
Tentang
seblak, kini seblak telah ada di hampir setiap sudut kota Bandung. Seiring
bertambahnya informasi, seblak juga sudah ada di beberapa kota di Indonesia.
Kalau
kesan awal seblak adalah makanan krismon, kini ribuan orang telah
menggantungkan hidupnya di usaha seblak basah seperti itu. Jutaan orang telah
menjadikan seblak sebagai makanan penghilang stress dan galau karena rasa
segar, panas dan pedasnya nendang banget.
Nah,
semalam ada seorang teman datang ke saya untuk dibuatkan logo seblak basah.
Karena saya sudah sering makan seblak, tidak butuh waktu lama untuk
mengkreasikan tulisan menjadi logo seblak bernama Seblak Lovers.
0 komentar:
Posting Komentar