Bukan Hanya Omzet, Ini Rincian Target Sales Distribusi Consumer Goods (Bag-3)



Nah, di halaman ketiga ini kita akan membahas lanjutan tentang rincian target seorang salesman selain hanya tentang volume omzet saja. Ada 10 poin yang saya bahas dalam artikel berseri ini. Poin pertama dan kedua, termasuk intro dari awalnya ada DISINI, sementara poin ketiga dan keempat silahkan baca DISINI.

Sekarang kita membahas tentang cara membuat breakdown target salesman makanan dan consumer goods agar target dapat tercapai.

Kita sudah membahas poin pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Yang kelima adalah Cash vs Kredit.

Seorang salesman produk consumer goods selain dituntut untuk melakukan penjualan secara volume, juga mesti dibatasi tentang aturan penjualan dengan sistem cash dan kredit.

Namun, tentu saja ini hanya berlaku bagi perusahaan distribusi yang menerapkan sistem kredit atau hutang.

Porsi antara penjualan cash dengan penjualan kredit harus seimbang. Masing-masing perusahaan biasanya punya aturan, berapa persen batas toleransi penjualan kredit.

Di lapangan, ada kalanya toko pengecer langganan salesman tidak dapat melakukan pembayaran secara tunai, maka perusahaan memberi kelonggaran dengan cara bayar kredit atau hutang. Nah, jumlah kredit inilah yang dibatasi agar tidak terlalu besar.

Jumlah penjualan cash turut mempengaruhi perolehan bonus. Jika tidak mencapai target penjualan cash, maka bisa jadi bonus tidak akan cair.

Yang keenam adalah Collection atau Penagihan.

Pada saat melakukan penjualan, salesman juga diberi beban untuk menagih nota-nota sebelumnya. Nota-nota penjualan piutang tersebut harus lunas sebelum jatuh tempo atau due date.
Biasanya, perusahaan memberikan batas waktu atau jatuh tempo dalam 30 hari.

Untuk itu, sebelum jatuh tempo, salesman harus melakukan penagihan.

Jumlah beban penagihan itu ditotal dalam satu bulan dan perusahaan mewajibkan salesman untuk menagih hingga lunas.

JIka tidak, maka bisa saja bonus tidak keluar. Kecuali ada batas threshold yang ditentukan perusahaan.

Penagihan atau collection ini menjadi salah satu unsur dalam membuat breakdown target salesman perusahaan distributor makanan atau consumer goods.

Yang ketujuh adalah Retur.

Perusahaan distribusi makanan biasanya memberikan toleransi retur kepada toko pengecernya. Retur biasanya dilakukan jika produk yang dijual tersebut rusak kemasannya atau kadaluarsa.
Ada kalanya, produk yang belum kadaluarsa tetapi sudah rusak juga bisa diretur.

Produk makanan juga memiliki resiko kadaluwarsa meskipun belum memasuki tanggal yang tertera pada kemasan. Kenapa produk makanan bisa rusak sebelum kadaluarsa? Biasanya karena penyimpanan yang kurang baik, terlalu lembab, terlalu kering atau bertumpuk dalam waktu lama.

Hal tersebut dapat menyebabkan makanan rusak sebelum masa kadaluarsanya tiba.

Untuk itu, perusahaan memberikan kelonggaran kepada toko pengecer untuk melakukan retur.
Tapi hal ini sangat berpengaruh pada penilaian salesman. Jika retur terlalu banyak dalam satu bulan, dapat mempengaruhi nilai prestasi hingga menghanguskan bonus.

Retur diperbolehkan tetapi ada batasan jumlahnya. Seorang salesman produk makanan mesti pandai mengatur agar retur ini tidak sampai mengganggu prestasi penjualan.

Retur bisa dilakukan bertahap agar tidak menumpuk sekaligus dalam sekali waktu.

Untuk itulah, saat menjual barang meskipun bisa dikredit, seorang salesman harus bijak dalam mengatur sirkulasi barang milik toko pengecer. Tidak diperbolehkan menjual dalam jumlah terlalu banyak demi mengejar volume, sementara resiko returnya tinggi.

Salesman harus tahu seberapa cepat barang yang kita jual akan tersrikulasi di toko tersebut.
Itulah poin kelima, keenam dan ketujuh dari breakdown target seorang salesman makanan dan consumer goods.

Poin selanjutnya dapat dilihat DISINI.

0 komentar:

Posting Komentar